Rasa bahagia bisa sangat melambung tinggi...
dan rasa pedih menjatuhkan hidup ke jurang yang dalam.
Tidak ada yang salah dari keduanya
Sebab dari keduanya semua belajar hidup
Menjadi tahu rasa senang dan sakit yang berbeda,
yang belum pernah dirasakan sebelumnya
Semoga bahagia dan pedih tidak menjadikan orang yang selalu beralasan
Thursday, December 2, 2010
Thursday, September 24, 2009
Di bawah asa
Di saat semua bersuka ria
Menyambut hadirnya hari kemenangan..
Aku..
Terduduk di sini dalam pilu
Dengan wajah pias dan lesu
Dan tubuh yang bahkan tak kuasa menahan deranya
Menanti datangnya kehendak Sang Penentu Hidup
Hingga aku menyerah padaNya
Atas kuasa dan kebesaranNya
Karna kutau takkan kuasa kumenahannya
Ya Allah..
Telah salahkah diriku?
Tak menjaga dirikah aku?
Lupa bersyukurkah aku padaMu?
Bahkan telah kurenggut senyumnya
Senyum harapan belahan jiwaku
Maafkan aku..
*happy idul fitri 1430 H
Saturday, May 9, 2009
Tanpa Langkah
Ketikaku telah terbiasa
Jejak kakinya
Menapak...
Oh, belahan jiwa
Kau ada di mana?
Bertemu dalam bayang
Bersuara dalam kejauhan
Cemas ku menanti
Simpan rindu sendiri...
Its all about 9
090309
its my wedding day...
hari yg tanpa sengaja terpilih, but i love it.. (ya iyalah ya...). Bertepatan dgn maulid nabi (yg jg hr kelahiranku).
dan tanpa sengaja pula..
mendapatkan sepasang gelang (mas kawin) seberat 9,3gr dan sepasang cincin kawin seberat 9,7gr (wow)
very wonderful 9...
plus uang sebanyak Rp.930.000 dan 2009yen (kl ini sih emang sengaja hehe)
Tanpa disengaja lagi... ternyata 2 sahabat punya rencana menikah di tanggal yang sama, ya apalagi kalau bukan tanggal 9. Saling gak tau, tapi pas ngobrol di suatu tempat makan... lho, ternyata...
...selamat berbahagia buat sahabat yang hari ini menikah... dan semoga segera menyusul sahabat lainnya...
Tujuh
Bukan masalah waktu
Bukan lamanya,
tapi rasanya
nuansanya,
hangatnya
Yang tak terhingga bahagianya
menyatu
menjadi satu
karena mereka memang satu
*celebrating for 140402
Tuesday, November 25, 2008
Aceh
Waah akhirnya pernah juga menginjakkan kaki di Aceh, tepatnya di Banda Aceh. Gak nyangka dulu yang hanya sekedar angan-angan “apa iya aku bisa ke Aceh?” ternyata akhirnya... Sementara teman-teman lain ada yang sudah berkali-kali ke Aceh sejak dilanda tsunami beberapa tahun silam.
Memang ke Aceh bukan untuk jalan-jalan, tapi untuk memberi training tenaga kerja sosial yang bekerja di kecamatan-kecamatan yang tersebar di Aceh. Sungguh pengalaman yang luar biasa buat diriku yang masih bisa dibilang pemula dalam hal training.
Berangkat hari Minggu, lalu pulang hari Kamis. Terbayang kan betapa waktunya sangat sempit jika ingin berjalan-jalan di sana. Paling hanya bisa mencuri waktu di saat break. Itu juga jadi seperti wisata kuliner dan mampir sebentar ke beberapa toko suvenir.
Buat diriku yang sejak kecil memang sering berpindah-pindah ke beberapa kota di Indonesia (Medan, Balikpapan, Pekanbaru, dll.), rasanya tidak asing berada di sana. Bila jalan naik mobil hanya butuh beberapa menit ke suatu tempat. Yang berbeda dari kota lain yang pernah kukunjungi adalah di sana tidak ada mal, bila mau ya jalan ke pantai (yang ini sayangnya sungguh tidak sempat, padahal hati ini ingin sekali..).
Yang cukup unik di sana banyak warung kopi. Jadi, kalau ada break di sela-sela training pada umumnya para peserta tidak jauh-jauh dari warung kopi. Nah, kalau yang ini aku sempat merasakan. Namanya Sanger, entah apa artinya, tapi yang pasti seperti kopi susu rasanya. Sambil minum kopi dan ngobrol dengan teman-teman baru, aku coba juga roti bakarnya. Memang tidak ada yang berbeda dengan roti bakar di Jakarta. Yang berbeda adalah suasananya. Duduk di pinggir jalan dan dengan lampu yang tidak cukup menerangi semua tempat. Rasanya ini suatu hal yang tidak bisa kita rasakan di Jakarta. Terlebih lagi, kita tidak perlu terburu-buru untuk segera memulai sesi training berikutnya, karena jarak tempuhnya hanya sekedar 10-15 menit (yang menurut ukuran kota kecil sebenarnya cukup jauh juga).
Pulang dari Aceh, aku sempat membeli beberapa dompet khas sulaman Aceh. Cukup unik, berwarna, dan tersulam dengan rapi. Lalu, sempat juga membeli kopi Aceh (yang sampai sekarang aku sendiri belum mencobanya). Beberapa teman bahkan menyempatkan diri membeli “ayam tangkap” yang langsung bisa dimakan, padahal waktu untuk naik pesawat sudah sangat sempit. Bayangkan begitu sampai di tempat check-in, tulisan di meja langsung diganti dengan “closed” (hehe).
Perjalanan pulang dari Aceh ke Jakarta cukup lama, yaitu empat jam (transit dulu di Medan selama 30 menit). Agak melelahkan memang, terlebih lagi dalam perjalanan di pesawat cuaca tidak cukup baik. Agak cemas juga mengingat masih ada sisa trauma dalam perjalanan Surabaya ke Jakarta beberapa waktu lalu. Yah, begitulah sekilas cerita dari Aceh. Hmm, setelah ini kemana lagi yaa?..
Friday, November 14, 2008
Bicara
Sulitkah kau meminta?
Bisa ya, bisa juga tidak..
Barangkali menjadi rumit
karena pendar-pendar pertimbangan di kepalamu
Atau tubuhmu diselimuti keraguan
Atau sesungguhnya kau tak sepenuhnya ingin
Coba tanyakan hatimu,
Apa kau sungguh-sungguh ingin memintanya?
Dari relung terdalam,
Kumohon bicaralah..
Wednesday, November 12, 2008
Janji
Kelu sudah terasa
Ada sesuatu...
Yang tak pernah tiba
Entah sampai kapan
Haruskah aku masih percaya?
Terpaku setia
Terikat waktu yang tak lagi muda
Kutanya padamu
Mengapa keraguan yang tampak di sana?